RTA Milono

Sabtu, 07 Nov 2020 | 22:15:21 WIB


RTA Milono

RTA Milono

Pemimpin Bumi Pati Tiga masa

RTA Milono adalah satu dari sekian tokoh yang pernah memimpin Kabupaten Pati, memang namanya jarang terdengar di telinga orang Pati, dan namanya juga kalah tenar dengan tokoh tokoh nasional. karena Setelah memimpin Kabupaten Pati beliau di pindah tugas menjadi gubernur Kalimantan Tengah.

Cerita yang menarik menyebutkan, bahwa beliau dan Presiden Soekarno sebenarnya telah menyiapkan Palangkaraya (wilayah yang beliau pimpin setelah kabupaten Pati ) menjadi ibukota Republik Indonesia menggantikan Jakarta. Sayang rencana itu tidak berlanjut. Ketika menjabat Gubernur Kalimantan Tengah, beliau berhasil memadamkan gerakan – gerakan yang menuntut otonomi wilayahnya. Gerakan ini sempat memanas di tahun 1956. Beliau berhasil memadamkan gerakan tersebut berkat pengalaman selama menjadi Bupati dan Residen Pati dimana selama beliau menjabat menghadapi beragam cobaan yang datang dari dalam dan luar negeri.

Milono memiliki nama kepanjangan resmi Raden Tumenggung Ario Milono yang menandakan beliau merupakan keturunan darah biru dan biasa disebut RTA Milono. RTA Milono lahir di Pekalongan pada tanggal 31 Maret 1896. Sebagai keluarga bangsawan, RTA Milono menyelesaikan Sekolah Dasar Lagere School di Pekalongan. Kemudian dilanjutkan dengan sekolah OSVIA bagian 2 di Magelang dan mendapatkan diploma pada tahun 1917. Setamat dari OSVIA beliau melanjutkan pendidikan di Bestuurschool, Batavia dan mendapatkan diploma pada tahun 1931.

Karirnya dibidang politik diawali dengan menjadi wedono di Slawi, Tegal. Kemudian diangkat menjadi Mantri Polisi Tegal yang kemudian terus berlanjut di posisi Mantri Polisi di berbagai daerah hingga kemudian tanggal 10 Maret 1936 diangkat menjadi Bupati Pati sampai pada masa Revolusi Kemerdekaan. Karir beliau kemudian meningkat menjadi Kepala Residen Pati. Pada tanggal 4 Agustus 1959, beliau dilantik menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan R. Samadikun. Setelah itu beliau dipindahkan dan menjadi Gubernur Kalimantan Tengah yang pertama.

 

Masa Kolonialisme Belanda dan Pendudukan Jepang

Beliau menjabat sebagai Bupati Pati di masa kolonialisme Belanda menggantikan K.G.P Dipokoesoemo yang menjabat Bupati Pati selama enam bulan. Ketika Jepang masuk ke wilayah Pati, beliau diangkat menjadi Fuku Syuchokan atau Wakil Residen Pati, sedangkan Bupati Pati dijabat oleh Moerjono Djojodigdo yang sebelumnya menjabat Bupati Blora. Ketika pemerintahan Jepang inilah, berdiri sekolah menengah pertama yang merupakan satu-satunya sekolah menengah pertama di Karesidenan Pati.

Sekolah menengah pertama itu didirikan di Rendole. Setelah berita Proklamasi Kemerdekaan didengar di wilayah, beliau yang menjabat Wakil Residen Pati beserta beberapa bupati bawahannya menyatakan setia dan bertanggung jawab terhadap kedaulatan Republik Indonesia yang baru terbentuk. Pelantikan RTA Milono sebagai Residen Pati di bawah Pemerintahan Republik Indonesia dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 1945. Tantangan beliau sebagai Residen di wilayah Pati sangatlah besar karena kondisi politik Pati yang demikian dinamis dan rawan menimbulkan ketegangan politik di tengah negara yang baru lahir tersebut.

Masa Pemberontakan PKI Muso (Masa Revolusi Indonesia)

Pada masa beliau menjabat Residen Pati, terjadi aksi pemberontakan PKI Musso yang membuat pemerintahan lumpuh dan terpaksa melarikan diri dan bersembunyi. PKI Musso berhasil mengambil alih kekuasaan dan mengangkat pejabat-pejabat dari mereka, antara lain: dr. Wiroreno sebagai Residen Pati, Soenardi dari SOBSI menjadi Bupati Pati, Adisoetjipto menjadi Bupati Blora, Roesman menjadi Bupati Kudus, dan Kapten Rohan menjadi Komandan Sub Territorium Commando Pati. Sementara Bupati Pati yang resmi di bawah pemerintahan RI ditunjuklah Sukemi (bekas Wedono Tayu) untuk menjalankan pemerintahan di Todanan yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Blora. PKI Musso di Pati berhasil dikalahkan oleh pasukan Siliwangi yang dipimpin oleh Kemal Idris.

Setelah lepas dari PKI Musso, ancaman kembali datang dan memaksa perangkat pemerintahan sipil dan militer di Pati mengungsi kembali karena mendapat serangan dari Belanda melalui Agresi Militer Belanda II yang dilakukan pada akhir tahun 1948 sampai dengan tahun 1949. Belanda mengetahui kekuatan militer di Pati sedang lemah akibat pemberontakan PKI Musso. Agresi Militer Belanda II ini benar-benar melumpuhkan pemerintahan Pati, sehingga memaksa untuk membentuk pemerintahan di daerah gerilya dan berpindah-pindah tempat menghindari patroli dari Belanda. Belanda berhasil menguasai Kota Pati dan berusaha mengejar pejabat, tentara dan para pejuang yang memusatkan perlawanan gerilyanya di Pegunungan Muria dan Pegunungan Kendeng. RTA Milono yang masih menjabat Residen Pati

Disituasi yang gawat darurat tersebut berhasil mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia di Pati dari ancaman-ancaman tersebut. Beliau memberikan perintah-perintah strategis terhadap bupati, camat, maupun kepala desa yang masih setia terhadap NKRI. Salah satunya adalah keputusan tentang alat pembayaran yang berlaku untuk daerah Pati, yaitu semacam obligasi saat itu di daerah Pati, yang dinamakan “promes”.

RTA Milono seorang yang memiliki jasa di Pati pada periode yang sangat penting dalam narasi sejarah negara Indonesia seakan terlupakan. Di Pati sendiri nama beliau jarang disebut, padahal di tangan beliau Pati merupakan sebuah kekuatan politik penting yang mewarnai sejarah negara Indonesia. Beliau menjadi pemimpin di wilayah Pati dalam tiga masa; kolonialisme, Pendudukan Jepang, dan masa Revolusi Indonesia.

Nama RTA Milono juga tidak di abadikan menjadi nama Jalan di Pati sebagai mana tokoh tokoh yang mempunyai berjasa. Selain menjadi Bupati Pati beliau menjabat sebagai Residen Pati yang mengantarkan beliau kemudian menjadi Gubernur Jawa Timur dan Kalimantan Tengah yang pertama.

Koleksi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Pati 2020, diambil dari berbagai sumber

Kembali   |   Selanjutnya