Monumen PPI Mobile Brigade Widorokandang
Dalam catatan sejarah ALRI melalui buku Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Periode Perang Kemerdekaan 1948-1950 yang disusun oleh Dinas Sejarah TNI AL (1973) menceritakan tentang beberapa pertempuran yang terjadi di Pati, yang diikuti oleh TNI AL CA V Juwana. Salah satunya adalah Pertempuran Juana dimana ALRI CA V Juana telah mengambil keputusan untuk memukul Belanda setelah berada di kota Juana. Belanda memasuki kota Juana menjelang akhir Desember 1948 dari dua jurusan yaitu dari Selatan Todanan dan dari barat laut Gunung Muria. Melihat kedatangan pasukan Belanda tersebut maka pasukan ALRI CA V bergerak mengundurkan diri dilindungi oleh pasukan tabir belakang yang dipimpin oleh Kapten Soeharno ke arah utara ke daerah tambak-tambak. Sebelum pasukan mengundurkan diri, beberapa anggota di bawah pimpinan Letnan Sumardjo bertugas untuk menghancurkan jembatan Sungai Juana. Belum lagi tugas tersebut terlaksana pasukan Belanda telah masuk ke Kota Juana dan menembak pasukan ALRI yang sedang bertugas menghancurkan jembatan sehingga beberapa orang anggota antara lain Letnan Sumardjo mendapat luka-luka. Dalam gerakan mundur, pasukan ALRI CA V mengadakan tembakan-tembakan ke arah musuh yang dilakukan oleh beberapa orang anggota yang bertugas melindungi gerakan pasukan. Kelompok yang bertugas melindungi gerakan pasukan telah berhasil menahan gerak maju dari pasukan Belanda sehingga pasukan Belanda tidak berhasil mengejar pasukan ALRI CA V tetapi komandan pelindung sendiri yaitu Kapten Suharno tertangkap oleh Belanda dan disiksa sampai mati. Setelah Juana berhasil dikuasai pasukan Belanda yang datang dari timur, kemudian pasukan Belanda bergerak menuju wilayah kota Pati. Ketika sampai Widorokandang mereka telah dicegat oleh Pasukan Republik Indonesia. Menurut penuturan H. Lilik Soekarno, ranjau-ranjau dipasang sepanjang pinggir jalan menuju Pati, dan mungkin sudah diketahui oleh pihak Belanda. Belanda kemudian memilih untuk melewati bagian tengah jalan raya sehingga tentara Belanda dengan kendaraan tempurnya lolos. Di Widorokandang pasukan Republik sebenarnya telah memasang peledak di sebuah jembatan. Sekali lagi Belanda mampu lolos dengan memasukkan pansernya ke sungai. Setelah mampu lolos dari jebakan ranjau yang dipasang di jembatan, selanjutnya terjadi baku tembak antara pasukan Belanda dan pasukan Republik. Pertempuran di Widorokandang yang letaknya sebelah timur kota Pati terjadi pada tanggal 29 Desember 1948. Banyak pasukan Republik Indonesia gugur karena senjata yang digunakan tidaklah seimbang. Demi mempertahankan kedaulatan RI, mereka rela mengorbankan nyawanya. Korban pertempuran Widorokandang yaitu PPI (Pasukan Polisi Istimewa) Sdr. Sayadi dan seorang TNI serta 3 orang rakyat Widorokandang. Total pejuang yang gugur 11 orang serta 3 orang mengalami luka berat. Untuk mengenang peristiwa tersebut, telah didirikan monumen PPI Mobile Brigade di Widorokandang.
Ragil Haryo Yudiartanto dkk. (2018). Kabupaten Pati Di Masa Revolusi: Menjaga Kedaulatan Republik Indonesia Dari Ancaman Pki Musso Dan Agresi Militer Belanda II (1945-1950). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral Kebudayaan, kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Foto: Koleksi Dinas ARPUS Pati