Monumen memperingati Pertahanan Rakyat Semesta Pati di Pucakwangi Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Monumen yang berada di depan SMP 1 Pucakwangi ini dalam rangka memperingati Pertahanan Rakyat Semesta Menghadapi Agresi Militer Belanda II di Pucakwangi.
Setelah Pati berhasil direbut kembali dari tangan PKI Musso, ternyata situasi memanas di Pati belumlah berakhir. Belanda sengaja memanfaatkan momen PKI Musso untuk melancarkan Agresi Militer Belanda II. Di wilayah lain, setelah Belanda menguasai Juana. Pasukan ALRI mengundurkan pasukannya ke sebelah utara Juana. Mereka berkedudukan di daerah tambak-tambak sebelah utara kota Juana, ternyata daerah tersebut bukanlah daerah yang tepat untuk dijadikan pusat markas pasukan gerilya karena situasi alamnya berawa-rawa, sedangkan penduduknya jarang dan daerahnya tandus. Akibat keadaan yang serba kekurangan dan penderitaan lahir batin maka banyak anggota pasukan ALRI CA V yang meninggalkan induk pasukannya dan bergabung dengan pasukan bersenjata lainnya atau kemudian kembali ke kampung halamannya. Untuk menghindari keadaan yang lebih parah maka setelah beberapa bulan di daerah tersebut, Komandan Kesatuan ALRI CA V memerintahkan kepada anak buahnya untuk memindahkan pusat gerilya ke daerah yang lebih dapat menjamin kelangsungan perjuangan secara gerilya yaitu ke daerah Todanan sebelah selatan Juana. Selama bermarkas di daerah Todanan, di samping unsur ALRI yang berjuang secara kesatuan tersendiri terdapat juga kelompok-kelompok kecil yang secara taktis operasional tergabung dalam kesatuan Angkatan Darat dan Pasukan Tentara Pelajar. Selama perang kemerdekaan II, kesatuan yang bermarkas di Todanan tersebut telah terlibat dalam pertempuran berkali-kali. Dalam suatu pertempuran di Pucakwangi, pasukan ALRI bersama dengan pasukan dari angkatan darat telah merencanakan suatu pencegatan terhadap pasukan patroli Belanda. Pasukan ALRI dan unsur pasukan AD/KODM mengadakan stelling di daerah sebelah timur di dekat pasar sedangkan pasukan angkatan darat dan Brigade Ronggolawe mengadakan stelling di wilayah barat. Pada sore hari ketika pasukan patroli Belanda melewati Desa Pucakwangi kembali ke Jakenan setelah jaraknya hanya beberapa meter lagi segera dilepaskan tembakan secara serentak dan berhasil menewaskan seorang kopral KNIL. Akibat tembakan secara serentak tersebut pasukan Belanda segera mengadakan tembakan balasan secara membabi buta, sedangkan pasukan ALRI maupun Angkatan Darat setelah mengadakan tembakan pendadakan sesuai dengan taktik hit and run segera meninggalkan front tersebut dan kembali ke markas masing-masing.
Ragil Haryo Yudiartanto dkk. (2018). Kabupaten Pati Di Masa Revolusi: Menjaga Kedaulatan Republik Indonesia Dari Ancaman Pki Musso Dan Agresi Militer Belanda II (1945-1950). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jendral Kebudayaan, kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Foto: Koleksi Dinas ARPUS Pati
[Kembali] [Selanjutnya] [pati masa kolonial]