Nasi Gandul

Minggu, 22 Nov 2020 | 21:03:19 WIB


Nasi Gandul

Nasi Gandul

Nasi Gandul atau Sego Gandul (bahasa Jawa: Sega gandhul) adalah masakan khas yang berasal dari daerah Pati, Jawa Tengah, Indonesia yang sepintas mirip dengan Semur Daging dan Gulai. Nasi gandul sepintas mirip dengan perpaduan soto dan gule, berupa daging yang dengan kuah yang berwarna kecoklatan dengan rasa gurih manis

 

Nasi Gandul merupakan kuliner khas daerah Pati (daerah pesisir Jawa Tengah, jalan pantai utara Jawa). Daerah di Pati yang memopulerkan nasi gandul ini adalah Desa Gajahmati (arah selatan teminal bus Pati. Desa Semampir/Sebelah timur dari Desa Gajahmati), itulah sebabnya sering ditemui kata-kata Nasi Gandul Gajah Mati. Walaupun pada akhirnya banyak ditemui penjual nasi gandul yang tidak berasal dari Desa Gajahmati tetap menuliskan kata Desa Gajahmati pada spanduk tempat makan mereka. Jika ditelusuri asal-usul pemberian nama nasi gandul, banyak versi yang mengemukakan tentang hal tersebut.

Warung Nasi Gandul yang lama berdiri dan dipercaya masyarakat Pati adalah Warung Nasi Gandul Pak Meled. Meled mengaku warung nasi gandul miliknya tersebut awalnya dijalankan oleh orang tuanya sejak tahun 1955. Diawali dengan berjualan secara keliling kampung hingga akhirnya diwariskan kepadanya dan memiliki tempat menetap untuk berjualan.

 

Etimologi

Terdapat banyak versi tentang asal-usul nama nasi gandul tersebut.

Versi pertama mengatakan bahwa nama nasi gandul adalah nama pemberian dari pembeli. Dulu, di daerah Pati, penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang berisi kuali (tempat kuah nasi gandul) di satu sisi, dan bakul nasi serta peralatan makan nasi gandul di sisi lain. Kemudian, pikulan tersebut digotong dan dijajakan sehingga pikulan tersebut naik-turun seirama dengan langkah penjualnya (kedua sisi bambu ini bergantungan bakul nasi dan kuali kuah secara menggantung (gandul). Oleh sebab itu, masyarakat kemudian menamainya nasi gandul.

Versi kedua, nama nasi gandul terinspirasi dari cara penyajian nasi gandul yang unik. Cara penyajiannya: piring yang telah dilapisi oleh daun pisang, kemudian diisi oleh nasi, baru setelah itu diberi kuah. Karena penyajian yang serupa itu, oleh para pembeli menyebut bahwa nasi dan kuah itu mengambang; menggantung (tidak menyentuh piring).

Versi Ketiga, dahulu penjual nasi gandul kepala nya botak dan dagangan nasi tersebut dipikul oleh 2 orang dengan kepala botak. sehingga seperti gondal gandul. Oleh sebab itu, pembeli menyebutnya sebagai nasi gandul.

Versi Keempat, asal-usul Nasi Gandul ini bisa jadi humor warga Pati saja. Diceritakan pada mulanya, penjual Nasi Gandul yang seorang pria menjajakan dagangannya dengan berkeliling. Umumnya mereka memakai sarung. Nah, ketika penjual tersebut duduk dan melayani pembeli, sarung penjual tersebut tersingkap dan kelihatan alat kelaminnya yang “gondal-gandul”. Kemudian, sejak saat itu orang menyebut nasi itu adalah nasi gandul.

Makanan ini sepintas mirip dengan Soto Betawi dan Soto tangkar yang dijual di seputaran daerah Jakarta, Soto Padang yang dijual di seputaran daerah Kota Padang, serta Soto Bandung yang dijual di seputaran daerah Kota Bandung.

Cara Penyajian

Cara penyajian nasi gandul ini tergolong unik, karena dalam penyajiannya piring dialasi dengan daun pisang. Makannya juga tidak menggunakan sendok, melainkan suru, yaitu daun pisang yang dipotong memanjang dan dilipat dua untuk digunakan sebagai pengganti sendok. Namun biasanya para penjual nasi gandul tetap menyediakan sendok maupun garpu untuk persiapan apabila pembeli tidak dapat menggunakan suru.

Saat membeli nasi gandul biasanya hanya akan mendapatkan nasi putih ditambah kuah gandul dengan sedikit potongan daging sapi. Apabila lauk yang telah diberikan dianggap tidak cukup, pembeli dapat meminta tambahan lauk kepada penjual. Biasanya tambahan lauk yang tersedia pada nasi gandul adalah: tempe goreng, perkedel, telor bacem,tempe dan tahu bacem, daging sapi, dan jerohan sapi. Tambahan lauk ini dapat dipotong kecil-kecil sesuai dengan permintaan pembeli. Kalaupun nasi gandul dirasa kurang manis pembeli dapat menambah kecap yang telah disediakan. Lauk tempe yang disajikan sebagai pendamping nasi gandul memiliki ciri yang berbeda dengan penyajian tempe pada umumnya. Saat digigit, tempe dan nasi gandul ini bertekstur keras jika dibanding dengan tempe pada umumnya. Namun, saat dikunyah menjadi pecah dan mudah untuk dicerna.

Sumber: takaitu, wikipedia, metrojateng, news.detik, Wawancara dengan warung Meled

[Kembali]   [Selanjutnya]